![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy74D3mVP0wqkU-3YeHTif6JWGzTscItOaiFh_vguGJZOdY7-V-Kk3p-g7mdEQIfjY4o27UAYH-8i6h-YOOS_IXVaIAe6A9NDZtI_IRz2EGTBkvtOyfk_uxBteO-3LIqZdhdSEUWhBUiF_/s400/th+%25285%2529.jpg)
Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
Sebagai
seorang guru saya berpikir bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembelajaran di kelas harus mengacu pada
tata tertip yang sudah di buat oleh guru di dalam kelas di mana siswa harus patuh
dan siap menjalankannya, tentunya memiliki karakter sopan santun, disiplin
waktu, patuh pada guru dan jujur.
Posisi
yang di berikan oleh kepala sekolah untuk memegang kelas tinggi membuat saya
berpikir bahwa semua siswa harus memiliki nilai di atas KKM dengan memberikan
pembelajaran yang maksimal untuk mencapai apaya yang saya inginkan, dengan apa
yang saya piker baik untuk masa depan anak didik saya.
Dari proses ini saya merasa semua siswa meraih kopetensi yang saya terapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, tapi di sisi lain saya sempat berpikir apa yang saya tanamkan pada anak didik saya tidak bisa di implementasikan ke guru lain. Setelah saya melakukan refleksi, kemungkinan terjadi karena selama saya mengajar mereka tidak memiliki dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk menjadi “baik”, namun karena rasa takut. Hal ini menimbulkan rasa sedih dan kecewa, saya merasa gagal menanamkan nilai yang saya harapkan.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
Pemikiran
mendasar yang saya dapatkan dari mempelajaran modul ini adalah menciptakan
suasana merdeka belajar, menghargai kodrat anak serta memberikan tuntunan dan bukan
tuntutan dalam hal tuntutan bagi seluruh kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Bagi
Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia
menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan
kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas.
Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas
seseorang.
Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sejatinya memberikan pengalaman baru di dalam diri saya untuk bagaiman mendidik anak dan bisa memahami kodrat anak itu masing-masing, dalam hal ini konsep Tut Wuri Handayani bukan hanya saya ketahui dari sebuah semboyan saja akan tetapi bisa saya pahami dan terapkan di kehidupan nyata kemudian memberikan among kepada anak tampa ada paksaan akan tetapi benar-benar muncul dari diri sendiri.
Sejatinya
potensi anak untuk berjalan sudah ada pada hidup tumbuhnya setiap anak namun
tidak bisa dengan dirinya muncul tampa tuntunan orang tua, maka begitulah anak
didik kita bahwasanya semua memiliki potensinya masing-masing, hanya saja kita
sebagai guru/sebagai pendamping hendaknya menuntun untuk muncul potensi-potensi
itu untuk menjadi anak yang lebih baik.
Pengaruh
alam dan jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia.
Anak-anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri,
yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka (Dewantara I,2004).
Dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara hendaknya kita bisa mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai kemudian di rawat, di siram, di beri pupuk supaya biji itu bisa tumbuh bagus walaupun biji itu berasal dari biji yang kurang bagus akan tetapi selalu di rawat dan di jaga dari hama niscaya dia akan bisa tumbuh menjadi tumbuhan yang bagus.
Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata